This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Jumat, 17 Januari 2014

INVERSIO UTERI

INVERSIO UTERI



Inversio uteri merupakan keadaan dimana fundus uteri masuk kedalam kavum uteri, dapat secara mendadak atau perlahan. Kejadian ini biasanya disebabkan pada saat melakukan persalinan plasenta secara Crede, dengan otot rahim belum berkontraksi dengan baik. Inversio uteri memberikan rasa sakit yang dapat menimbulkan keadaan syok adapun menyebutkan bahwa inversio uteri adalah keadaan dimana fundus uteri terbalik sebagian atau seluruhnya kedalam kavum uteri.


2.2   ETIOLOGI
       Penyebab inversio uteri dapat secara spontan atau karena tindakan. Faktor yang memudahkan terjadinya adalah uterus yang lembek, lemah, tipis dindingnya, adanya atonia uteri dan adanya kekuatan yang menarik fundus kebawah. sedangkan yang spontan dapat terjadi pada grandemultipara, atonia uteri, kelemahan alat kandungan (tonus otot rahim yang lemah, kanalis servikalis yang longgar), dan tekanan intra abdominal yang tinggi (misalnya mengejan dan batuk).

       Inversio uteri karena tindakan dapat disebabkan karena perasat Crede yang berlebihan, tarikan tali pusat, dan pada manual plasenta yang dipaksakan, apalagi bila ada perlekatan plasenta pada dinding rahim atau Karna tindakan atraksi pada tali pusat yang berlebihan yang belum lepas dari dinding rahim. inversio uteri juga dapat terjadi waktu batuk, bersin atau mengejan.
 
  Berbagai faktor etiologi telah dikaitkan dengan inversi uterus, walaupun mungkin tidak ada penyebab yang jelas. Diidentifikasi faktor etiologi meliputi:
a.       Tali pusat yang pendek
b.      Traksi yang berlebihan pada tali pusat.
c.       Tekanan pada fundus yang berlebihan.
d.      Sisa plasenta dan abnormal perlekatan plasenta (inkreta, perkreta, akreta).
e.       Menarik terlalu keras pada tali pusar untuk mempercepat pelepasan plasenta, terutama jika plasenta melekat pada fundus.
f.        Endometritis kronis.
g.       Kelahiran setelah sebelumnya operasi secarea.
h.       Cepat atau tenaga His yang panjang.
i.         Sebelumnya rahim inverse.
j.        Obat tertentu seperti magnesium sulfat (sebagai relaksan otot selama persalinan).
k.      Unicornuate rahim.
l.         Kelainan bawaan atau kelemahan rahim.
m.     Inversio uteri dapat terjadi pada kasus pertolongan persalinan kala III aktif khususnya bila dilakukan tarikan talipusat terkendali pada saat masih belum ada kontraksi uterus dan keadaan ini termasuk klasifikasi tindakan iatrogenic.
 
          Hal ini biasanya tidak dianggap sebagai akibat dari penata laksanaan kala III persalinan yang salah meskipun faktor-faktor yang tercantum di ataspun memegang peranan penting dalam menimbulkannya, Namun sering kali dianggap berasal dari manajemen yang buruk pada kala III persalinan, jika manajemen aktif kala III persalinan dilakukan dengan baik maka dapat mengurangi resiko kejadian.
2.3  KLASIFIKASI
            Menurut perkembangannya inversio uteri dapat dibagi dalam beberapa tingkat :
a.    Inversio uteri ringan
            Fundus uteri terbalik menonjol dalam kavum uteri, namun belum keluar dari ruang rongga rahim.

b.   Inversio uteri sedang
            Fundus uteri terbalik dan sudah masuk dalam vagina.
c.    Inversio uteri berat
            Uterus dan vagina semuanya terbalik dan sebagian besar sudah terletak diluar vagina.
Ada pula beberapa pendapat membagi inversio uteri menjadi :
1)      Inversio inkomplit
            Yaitu jika hanya fundus uteri menekuk ke dalam dan tidak keluar ostium uteri atau serviks uteri.
2)      Inversio komplit
            Seluruh uterus terbalik keluar, menonjol keluar serviks uteri.
3)      Inversio prolaps
            Keadaan dimana uterus yang berputar balik itu keluar dari vulva.

2.4   GEJALA KLINIS
               Gejala inversion uteri dijumpai pada kala III atau postpartum. gejalanya pada permulaan tidak selalu jelas, akan tetapi apabila kelainan itu sejak awalnya tumbuh dengan cepat, seringkali timbul rasa nyeri yang keras dan bisa menyebabkan syok. Rasa nyeri keras disebabkan karena fundus uteri menarik adneksa serta ligamentum infundibulo pelvikum dan ligamentum rotundum kanan dan kiri ke dalam terowongan inversio sehingga terjadi tarikan yang kuat pada peritoneum parietal.
               Perdarahan yang banyak juga dapat terjadi, akibat dari plasenta yang masih melekat pada uterus, hal ini dapat juga berakibat syok.
·              Pemeriksaan luar pada palpasi abdomen, fundus uteri sama sekali tidak teraba atau teraba lekukan pada fundus seperti kawah. Kadang-kadang tampak seperti sebuah tumor yang merah di luar vulva, hal ini ialah fundus uteri yang terbalik.
·              Pada pemeriksaan dalam, bila masih inkomplit, maka pada daerah simfisis uterus teraba fundus uteri cekung ke dalam; bila sudah komplit, di atas simfisis teraba kosong dan dalam vagina teraba tumor lunak atau kavum uteri sudah tidak ada (terbalik).

2.5   DIAGNOSA
         Penegakan diagnosis sangat penting dan mungkin menyelamatkan nyawa ibu. Diagnosis tidak sukar dibuat jika mengetahui kemungkinan terjadinya inversio uteri. Pada penderita dengan syok, perdarahan, dan fundus uteri tidak ditemukan pada tempat yang lazim pada kala III atau setelah persalinan selesai, pemeriksaan dalam dapat menunjukkan tumor yang lunak di atas serviks uteri atau dalam vagina, sehingga diagnosis inversio uteri dapat dibuat.
    Diagnose juga bisa ditegakkan apabila pemeriksa menemukan beberapa tanda inversi uterus yang mencakup:
·        Uterus menonjol dari vagina.
·        Fundus tidak tampaknya berada dalam posisi yang tepat ketika dokter palpasi (meraba) perut ibu.
·        Adanya perdarahan yang tidak normal dan perdarahannya banyak bergumpal.
·        Tekanan darah ibu menurun (hipotensi).
·        Ibu menunjukkan tanda-tanda syok (kehilangan darah) dan kesakitan.
·        Di vulva tampak endometrium terbalik dengan atau tanpa plasenta yang masih melekat.
·        Bila baru terjadi maka, maka perognosis cukup baik akan tetapi bila kejadian cukup lama maka jepitan serviks yang mengecil akan membuat uterus mengalami iskemia, nekrosis, dan infeksi.
·        Pemeriksaan penunjang (seperti USG atau MRI) dapat digunakan dalam beberapa kasus untuk memperkuat diagnosis.

2.6   PENANGANAN
90% kasus inversio uteri disertai dengan perdarahan yang masif dan “life-threatening”.
·        Bila terjadi syok atau perdarahan, gejala ini diatasi dulu dengan infus intravena cairan   elektrolit dan tranfusi darah.
·        Untuk memperkecil kemungkinan terjadinya renjatan vasovagal dan perdarahan maka harus segera dilakukan tindakan reposisi secepat mungkin.
·        Segera lakukan tindakan resusitasi.
·        Bila plasenta masih melekat , jangan dilepas oleh karena tindakan ini akan memicu perdarahan hebat .
·        Lakukan tindakan resusitasi dengan cara: Tangan seluruhnya dimasukkan ke vagina sedang jari tengah dimasukkan ke dalam cavum uteri melalui serviks uteri yang mungkin sudah mulai menciut, telapak tangan menekan korpus perlahan-lahan tapi terus menerus kearah atas agak kedepan sampai korpus uteri melewati serviks dan inversion.
·        Salah satu tehnik reposisi lain yaitu dengan menempatkan jari tangan pada fornix posterior, dorong uterus kembali kedalam vagina, dorong fundus kearah umbilikus dan memungkinkan ligamentum uterus menarik uterus kembali ke posisi semula.
·        Sebagai tehnik alternatif : dengan menggunakan 3 – 4 jari yang diletakkan pada bagian tengah fundus dilakukan dorongan kearah umbilikus sampai uterus kembali keposisi normal.
·        Setelah reposisi berhasil, tangan dalam harus tetap didalam dan menekan fundus uteri. Berikan oksitosin atau Suntikkan intravena 0,2 mg ergomitrin kemudian dan jika dianggap masih perlu, dilakukan tamponade uterovaginal dan setelah terjadi kontraksi , tangan dalam boleh dikeluarkan perlahan agar inversio uteri tidak berulang.
·         Bila reposisi per vaginam gagal, maka dilakukan reposisi melalui laparotomi.
2.7   PENCEGAHAN INVERSI SEBELUM TINDAKAN KOREKSI MANUAL
a.  Pasang sarung tangan DTT.
b. Pegang uterus pada daerah insersi tali pusat dan masukkan kembali melalui serviks. Gunakan tangan lain untuk membantu menahan uterus didinding abdomen. Jika plasenta belum lepas, lakukan plasenta manual setelah tindakan koreksi.
c.  Jika koreksi manual tidak berhasil, lakukan koreksi hidrostatistik
       KOREKSI HIDROSTATIK
a.       Pasien dalam posisi terdelenbung dengan kepala lebih rendah sekitar 50 cm dari perineum.
b.      Siapkan sistem bilas yang sudah disinfeksi berupa selang 2m berujung penyemprot berlubang besar, selang disambung dengan tabung berisi air hangat 3-5 l (atau Nacl / infus lain) dan dipasang setinggi 2 m.
c.       Identifikasi forniks posterior.
d.      Pasang ujung selang douche pada forniks posterior sampai menutup labla sekitar ujung selang dengan tangan.
e.       Guyur air dengan leluasa agar menekan uterus keposisi semula.

      KOREKSI MANUAL dengan ANASTESIA UMUM
Jika koreksi hidrostatik gagal, upayakan reposisi dalam anastesia umum haloton merupakan pilihan untuk relaksasi uterus.

      KOREKSI KOMBINASI ABDOMINAL – VAGINAL
a.       Kaji ulang indikasi.
b.      Kaji ulang prinsip dasar perawatan operatif.
c.       Lakukan insisi dinding abdomen sampai poritenium dan singkirkan usus dengan kasa. Tampak uterus berupa lekukan.
d.      Dengan jari tangan lakukan delatasi cincin konstriksi serviks.
e.       Pasang tenakulum melalui cincin serviks pada fundus.
f.        Lakukan tarikan/traksi ringan pada fundus sementara asisten melakukan koreksi manual melalui vagina.
g.       Jika tindakan traksi gagal, lakukan insisi cincin konstriksi serviks di belakang untuk menghindari resiko cedera kandung kemih. Ulang tindakan dilatasi, pemasangan tenakulum dan traksi fundus.
h.       Jika koreksi berhasil, tutup dinding abdomen setelah melakukan.
i.         Jika ada infeksi, pasang drain karet.
        PERAWATAN PASCA TINDAKAN
a.       Jika inversi sudah diperbaiki, berikan infus oksitoksin 20 unit dalam 500 ml IV (Nacl 0,9 % atau Ringer Lactat) 10 tetes/menit :
1)      Jika dicurigai terjadi perdarahan, berikan infus sampai dengan 60 tetes permenit.
2)      Jika kontraksi uterus kurang baik, berikan ergometrin 0,2 mg atau prostaglandin.
b.      Berikan Antibiotika proflaksis dosis tunggal :
1)      Ampisilin 2 gr IV dan metronidazol 500mg IV
2)      Sefazolin 1 gr IV dan metranidazol 500 mg IV
c.       Lakukan perawatan pasca bedah jika dilakukan koreksi kombinasi abdominal vaginal.
d.      Jika ada tanda infeksi berikan antibiotika kombinasi sampai pasien bebas demam 48 jam :
1)      Ampisilin 2 gr IV tiap 6 jam
2)      Gestamin 5 mg/kg berat badan IV setiap 24 jam
3)      Metranidazol 500mg IV setiap 8 jam

2.8   KOMPLIKASI
            Komplikasi meliputi endomyometritis , kerusakan usus atau pelengkap rahim.

2.7   PROGNOSIS
            Prognosis inversi uteri di pengaruhi oleh kecepatan penanganan, makin lambat keadaan ini di ketahui dan di obati makin buruk prognosanya dan jika dikelola dengan benar maka akan membawa prognosa yang baik pula.

Kehamilan Gemelli

Kehamilan Gemelli (Kehamilan Kembar)




Gemelli (Kehamilan Kembar)

Kehamilan kembar ialah kehamilan dengan dua janin atau lebih. Kehamilan tersebut menarik perhatian wanita itu sendiri, dokter dan masyarakat pada umumnya. Kehamilan dan persalinan membawa resiko bagi janin. Bahaya bagi ibu tidak sebegitu besar, tetapi wanita dengan kehamilan kembar memerlukan pengawasan dan perhatian khusus bila diinginkan hasil yang memuaskan bagi ibu dan janin (Winkjosastro, Ilmu Kebidanan, 1999).
Frekuensi (Winkjosastro, Ilmu Kebidanan, 1999).


Greulich (1930) melaporkan frekuensi kehamilan kembar pada 121 juta persalinan sebagai berikut :

  1. Gemelli                  1 : 85
  2. Triplet                   1 : 7.629
  3. Kuadruplet         1 : 670.743
  4. Quintiplet            1 : 41.600.000
Angka tersebut kira-kira sesuai dengan hukum Hellin yang menyatakan bahwa perbandingan antara kehamilan kembar dan tunggal adalah :

  1. Gemelli                 1 : 89
  2. Triplet                   1 : 892
  3. Kuadruplet         1 : 893
  4. Quintiplet            1 : 894
Berbagai faktor mempengaruhi frekuensi kehamilan kembar, seperti bangsa, hereditas, umur, dan paritas ibu.
Faktor umur, makin tua makin tinggi angka kejadian kehamilan kembar dan menurun lagi setelah umur 40 tahun.
Paritas, pada primipara 9,8 per 1000  dan pada multipara (oktipara) naik jadi 18,9 per 1000 persalinan.
Keturunan, keluarga tertentu akan cenderung melahirkan anak kembar yang biasanya diturunkan secara paternal, namun dapat pula secara maternal.


Etiologi (Mochtar, Buku Sinopsis Obstetri Fisiologi dan Patologi, 1998)
(1)    Faktor-faktor yang mempengaruhi adalah : bangsa, umur, dan paritas, sering mempengaruhi kehamilan 2 telur.
(2)    Faktor obat-obat induksi ovulasi : profertil, clomid, dan hormon gonadotropin dapat menyebabkan kehamilan dizigotik dan kembar lebih dari dua.
(3)    Faktor keturunan.
(4)    Faktor yang lain belum diketahui.


Jenis Kehamilan Gemelli (Mochtar, Buku Sinopsis Obstetri Fisiologi dan Patologi, 1998)
(1)    Kehamilan kembar monozigotik
Kehamilan kembar yang terjadi dari satu telur disebut kembar monozigotik atau disebut juga identik, humolog, atau uniovuler, dapat terjadi karena :
a)      Satu telur dengan 2 inti, hambatan pada tingkat blastula
b)      Hambatan pada tingkat segmentasi
c)       Hambatan setelah amnion dibentuk, tetapi belum primitive streak.
(2)    Kehamilan kembar dizigotik
Kira-kira dua pertiga kehamilan kembar adalah dizigotik yang berasal dari 2 telur disebut juga heterolog, binovuler, atau fraternal, kedua telur bisa berasal dari :
a)      1 ovarium dan dari 2 folikel de graff
b)      1 ovarium dan dari 1 folikel de graff
c)       1 dari ovarium kanan dan satu lagi dari ovarium kiri.

Perbedaan ciri, sifat, dan lain-lainnya antara kembar monozigotik dan dizigotik (satu telur dan dua telur) :

Perbedaan
Kembar Monozigotik
Kembar Dizigotik
Plasenta
1 (70%) 
2 (30%)
2 (± 100%)
Korion
1 (70%) 
2 (30%)
2 (± 100%)
Amnion
1 (70%) 
2 (30%)
2 (± 100%)
Tali pusat
2
2
Sirkulasi darah
Janin bersekutu
Terpisah  

Sekat kedua kantong
2 lapis
4 lapis
Jenis kelamin
Sama
Sama atau tidak
Rupa dan sifat
Sama
Agak berlainan
Mata, telinga, gigi, kulit
Sama
Berbeda
Ukuran antropologik
Sama
Berbeda
Sidik jari
Sama
Berbeda
Cara pegangan
Bisa sama 
Bisa satu kidal
Yang lain kanan

Sama, bisa keduanya kanan
Pertumbuhan Janin Kembar (Mochtar, Buku Sinopsis Obstetri Fisiologi dan Patologi, 1998)
(a)    Berat badan satu janin kehamilan kembar rata-rata 1000 gr lebih ringan dari janin tunggal.
(b)   Berat badan bayi baru lahir biasanya pada kembar dua di bawah 2500 gr, triplet di bawah 2000 gr, quadriplet di bawah 1500 gr, dan quintuplet dibawah 1000 gr.
(c)    Berat badan masing-masing janin dari kehamilan kembar tidak sama, umumnya berselisih antara 50 sampai 1000 gram, dan karena pembagian sirkulasi darah tidak sama, maka yang satu lebih kurang tumbuh dari yang lainnya.
(d)   Pada kehamilan ganda monozigotik
1.       Pembuluh darah janin yang satu beranastomosis dengan janin yang lain, karena itu setelah bayi satu lahir tali pusat harus diikat untuk menghindari perdarahan.
2.       Karena itu janin yang satu dapat terganggu pertumbuhannya dan menjadi monstrum, seperti akardiakus, dan kelainan lainnya.
3.       Dapat terjadi sindroma transfusi fetal, pada janin yang mendapat darah lebih banyak terjadi hidramnion, polistemia, edema dan pertumbuhan yang baik. Sedangkan janin kedua terlihat kecil, anemis, dehidrasi, oligohidrami dan mikrokardia, karena kurang mendapat darah.
(e)   Pada kehamilan kembar dizigotik
1.       Dapat terjadi satu janin meninggal dan yang satu tumbuh sampai cukup bulan.
2.       Janin yang mati bisa diresorbsi (kalau pada kehamilan muda), atau pada kehamilan yang agak tua, janin jadi pipih yang disebut fetus papyraseus atau kompresus.


Letak dan Presentasi Janin
Pada umumnya janin kembar tidak besar dan cairan amnion lebih banyak daripada biasanya, sehingga sering terjadi perubahan presentasi dari posisi janin. Demikian pula letak janin kedua dapat berubah setelah kelahiran bayi pertama, misalnya dari letak lintang menjadi letak sungsang. Berbagai kombinasi letak serta presentasi dapat terjadi. Yang paling sering ditemukan ialah kedua janin dalam letak memanjang dengan presentasi kepala, kemudian menyusul presentasi kepala dan bokong, keduanya presentasi bokong, presentasi kepala dan bahu, presentasi bokong dan bahu, dan yang paling jarang keduanya presentasi bahu (Winkjosastro, Ilmu Kebidanan, 1999).
 

Diagnosis Kehamilan Kembar (Mochtar, Buku Sinopsis Obstetri Fisiologi dan Patologi, 1998) :
(1)    Anamnesa
a.       Perut lebih buncit dari semestinya sesuai dengan umur tuanya kehamilan.
b.      Gerakan janin lebih banyak dirasakan ibu hamil.
c.       Uterus terasa lebih cepat membesar.
d.      Pernah hamil kembar atau ada riwayat keturunan kembar.
(2)    Inspeksi dan palpasi
a.       Pada pemeriksaan pertama dan ulangan ada kesan uterus lebih besar dan lebih cepat tumbuhnya dari biasa.
b.      Gerakan-gerakan janin terasa lebih sering.
c.       Bagian-bagian kecil teraba lebih banyak.
d.      Teraba ada 3 bagian besar janin.
e.      Teraba ada 2 balotemen.
(3)    Auskultasi
Terdengar 2 denyut jantung janin pada 2 tempat yang agak berjauhan dengan perbedaan kecepatan sedikitnya 10 denyut permenit atau lebih bila dihitung bersamaan terdapat selisih 10.
(4)    Rontgen foto abdomen
Tampak gambaran 2 janin.
(5)    Ultrasonografi
Bila tampak 2 janin atau dua jantung yang berdenyut yang telah dapat ditentukan pada triwulan I.
(6)    Elektrokardiogram total
Terdapat gambaran dua EKG yang berbeda dari kedua janin.
(7)    Reaksi kehamilan
Karena ada kehamilan kembar umumnya plasenta besar atau ada 2 plasenta, maka produksi HCG akan tinggi, jadi titrasi reaksi kehamilan bisa positif, kadang-kadang sampai 1/200. Hal ini dapat dikacaukan dengan mola hidatidosa. Kadangkala diagnosa baru diketahui setelah bayi pertama lahir, uterus masih besar dan ternyata ada satu janin lagi dalam rahim. Kehamilan kembar sering terjadi bersamaan dengan hidramnion dan toksemia gravidarum.
Diagnosis Diferensial (Winkjosastro, Ilmu Kebidanan, 1999)
(a)    Hidramnion. Hidramnion dapat menyertai kehamilan kembar, kadang-kadang kelainan hanya terdapat pada satu kantong amnion, dan yang lainnya oligohidramnion. Pemeriksaan ultrasonografi daspat menentukan apakah pada hidramnion ada kehamilan kembar atau tidak.
(b)   Kehamilan dengan mioma uteri atau kistoma ovarii. Tidak terdengarnya 2 denyut jantung pada pemeriksaan berulang, bagian besar dan kecil yang sukar digerakkan, lokasinya yang tak berubah, dan pemeriksaan rontgen dapat membedakan kedua hal tersebut. Dewasa ini dengan ultrasonografi.

Prognosis
Bahaya bagi ibu pada kehamilan kembar lebih besar daripada kehamilan tunggal, karena lebih seringnya terjadi anemia, pre-eklampsia, operasi obstetrik dan perdarahan postpartum.
Kematian perinatal anak kembar lebih tinggi daripada anak kehamilan tunggal. Prematuritas merupakan sebab utama. Selain itu juga lebih sering terjadi pre-eklampsia, hidramnion, kelainan letak, prolapsus funikuli, dan operasi obstetrik, dan menyebabkan sindroma diastres respirasi, trauma persalinan dengan perdarahan serebral dan kemungkinan adanya kelainan bawaan pada bayi.
Kematian anak kedua lebih tinggi daripada yang pertama karena lebih sering terjadi gangguan sirkulasi plasenta setelah anak pertama lahir, lebih ganyaknya terjadi prolapsus funikuli, solutio plasenta, serta kelainan letak pada janin kedua.
Kematian anak pada kehamilan monozigotik lebih besar daripada kehamilan dizigotik karena pada yang pertama dapat terjadi lilitan tali pusat antara janin pertama dan kedua (Winkjosastro, Ilmu Kebidanan, 1999).


Penanganan dalam Kehamilan Mochtar, Buku Sinopsis Obstetri Fisiologi dan Patologi, 1998)
(1)     Perawatan antenatal yang baik untuk mengenal kehamilan kembar dan mencegah komplikasi yang timbul, dan bila diagnosis telah ditegakkan pemeriksaan ulangan harus lebih sering (1× seminggu pada kehamilan lebih dari 32 minggu)
(2)     Setelah kehamilan 30 minggu, koltus dan perjalanan jauh sebaiknya dihindari, karena akan merangsang partus prematurus.
(3)     Pemakaian korset gurita yang tidak terlalu ketat diperbolehkan, supaya terasa lebih ringan.
(4)     Periksa darah lengkap, Hb, dan golongan darah.


Penanganan dalam Persalinan (Mochtar, Buku Sinopsis Obstetri Fisiologi dan Patologi, 1998)
(1)     Bila anak pertama letaknya membujur, kala I diawasi seperti biasa, ditolong seperti biasa dengan episiotomi mediolateralis.
(2)     Setelah itu baru waspada, lakukan periksa luar, periksa dalam untuk menentukan keadaan anak kedua. Tunggu, sambil memeriksa tekanan darah dan lain-lain.
(3)     Biasanya dalam 10-15 menit his akan kuat lagi. Bila anak kedua terletak membujur, ketuban dipecahkan pelan-pelan supaya air tidak mengalir deras keluar. Tunggu dan pimpin persalinan anak kedua seperti biasa.
(4)     Waspadalah atas kemungkinan terjadinya perdarahan postpartum, maka sebaiknya pasang infus profilaksis.
(5)     Bila ada kelainan letak pada anak kedua, misalnya melintang atau terjadi prolaps tali pusat dan solutio plasenta, maka janin dilahirkan dengan cara operatif obstetrik.
a.       Pada letak lintang coba versi luar dulu, atau melahirkan dengan cara versi dan ekstraksi.
b.      Pada letak kepala, persalinan dipercepat dengan ekstraksi vakum atau forseps.
c.       Pada letak bokong atau kaki, ekstraksi bokong atau kaki.
(6)     Indikasi seksio saesarea hanya pada :
a.       Janin pertama letak lintang
b.      Bila terjadi prolaps tali pusat
c.       Plasenta previa
d.      Terjadi interlocking pada letak janin 69, anak pertama letak sungsang dan anak kedua letak kepala.
Kala IV diawasi terhadap kemungkinan terjadinya perdarahan postpartum berikan suntikan sintro-metrin yaitu 10 satuan sintosinon tambah 0,2 mg methergin intravena